Mas Nadjib itu tipe orang yang secara total mewakafkan dirinya untuk Muhammadiyah. Manhaj perjuangannya ya Muhammadiyah. Kalau sudah dawuh Muhammadiyah, dia itu sepertinya sami’na wa atha’na (mendengar dan patuh).
Termasuk ketika ditugaskan menjadi calon DPD dari Jawa Timur pada Pemilu 2019. Dia tidak kuasa menolak meskipun dia sangat mafhum politik bukan maqamnya. Platformnya begini, jika sudah niat mewakafkan diri ke Muhammadiyah itu harus diteguhkan dengan ikhlas.
Direnda dengan pengorbanan. Disulam dengan istiqamah.
Dia pernah menjadi anggota KPUD Jatim. Pilihan itu bukan karena di enjoy main politik. Tapi terpanggil untuk menyelenggarakan event politik yang jujur dan bermartabat dalam rangka membangun demokrasi.
Itu bagian dari strategi dakwah amar ma’ruf nahi mungkar. Jika terjadi atau berpotensi terjadi kemungkaran ubahlah dengan tanganmu. Jika tidak mampu dengan lisanmu. Jika tidak mampu pula dengan doa. Nah, menjadi anggota KPUD itu strategi dengan tanganmu (kekuasaan).
Mas Nadjib sudah mudik untuk selama-lamanya. Insya Allah bekal mudiknya sudah cukup. Tidak akan kena cegatan. Apalagi sampai “dikarantina” di pinggiran jahanam.
Saya melihat rupanya sebelum mudik, dia sudah menyiapkan Nadjib-Nadjib muda yang akan meneruskan perjuangan dan pengabdiannya di Muhammadiyah. Karena kaderisasi yang berkesinambungan itulah salah satu pilar kokohnya Muhammadiyah. Rabbi a’lam.
“Wahai jiwa yang tenang
Kembalilah kepada Tuhanmu
Dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya.
Maka masuklah ke dalam golongan
Hamba-hamba-Ku
Dan masuklah ke dalam surga-Ku”. (Quran 89:27-30).
Sugeng kundur, Mas Ustadz Nadjib. (*)
Anwar Hudijono, Kolumnis tinggal di Sidoarjo.