Pakde Karwo Dukung Latsitarda Nusantara ke-39 di Jatim

Pakde Karwo Dukung Latsitarda Nusantara ke-39 di Jatim
Gubernur Jatim Soekarwo mendukung sepenuhnya pelaksanaan Latsitarda berlangsung di Jawa Timur.

Surabaya – Gubernur Jawa Timur Soekarwo mendukung sepenuhnya penyelenggaraan Latihan Integrasi Taruna Wreda (Latsitarda) Nusantara ke-39 di Jawa Timur.

Latihan yang akan diikuti oleh para taruna-taruni tingkat akhir dari berbagai akademi, baik Akmil, AAU, AAL, Akpol, dan IPDN ini akan dilaksanakan di empat kabupaten di Jatim, yakni Jember, Bojonegoro, Trenggalek, dan Pamekasan.

Dukungan itu disampaikan Pakde Karwo-sapaan akrab Gubernur Jatim saat menerima Danjen Akademi TNI, Laksda TNI Aan Kurnia, S.Sos beserta rombongan di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Jumat (21/12) pagi.

Gubernur Pakde Karwo ketika berbincang dengan para Jendral di Grahadi sebelum pertemuan
Gubernur Pakde Karwo ketika berbincang dengan para Jendral di Grahadi sebelum pertemuan

Pakde Karwo-sapaan akrab Gubernur Jatim mengatakan, kehadiran para taruna ini akan membawa dampak positif bagi masyarakat setempat. Sebab, para calon pemimpin bangsa ini akan membantu pembangunan, baik fisik maupun non fisik di wilayah yang menjadi sasaran latihan.

“Mereka akan membantu pembangunan masjid, tempat ibadah, dan juga memberi wawasan kebangsaan” katanya.

Bagi masyarakat setempat, imbuh gubernur kelahiran Madiun ini, dengan melihat dan merasakan secara langsung kepedulian, kecerdasan, dan keramahan dari para taruna-taruni tersebut, tentu akan mendorong motivasi dan semangat para pemuda di daerah untuk tertarik masuk ke TNI/Polri/IPDN dan memperkuat rasa nasionalisme.

Bagi para taruna-taruni yang akan mengikuti Latsitarda, Pakde Karwo berpesan bahwa kegiatan ini akan menjadi pendidikan dan pengalaman yang berkesan. Sebab, mereka akan belajar memahami kultur yang ada ditengah masyarakat.

Sebab masyarakat di Jatim terdiri atas empat kultur atau budaya, yakni Mataraman, Madura, Arek, dan Osing.

“Masyarakat di setiap kultur ini berbeda-beda, termasuk tokoh panutannya juga berbeda, seperti Mataraman yang tokoh panutannya lebih ke birokrasi kemudian tokoh agama dan tokoh masyarakat.