SURABAYA – Debat kandidat di ajang Pilgub Jatim kembali digelar di Surabaya, Selasa malam (8/5/2018) dengan mengusung tema ”Ekonomi dan Pembangunan”.
Pengamat ekonomi Universitas Airlangga Dr Wasiaturrahma menilai, Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Puti Guntur Soekarno unggul dalam program peningkatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan ekonomi kerakyatan dibanding Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak.
”Kedua pasangan memang punya program UMKM dan ekonomi kerakyatan lainnya. Tapi saya melihat, Gus Ipul dan Mbak Puti lebih unggul, karena programnya inovatif, bersifat terobosan, tapi tetap terukur. Di sisi lain, program Ibu Khofifah dan Pak Emil cenderung menggambarkan hal-hal yang bersifat umum walau dikemas dalam bahasa teoretis,” kata Rahma, sapaan akrab Wasiaturrahma, di Surabaya, Rabu (9/5/2018).
Dia mencontohkan sejumlah program inovatif Gus Ipul dan Puti, seperti Superstar (Sentra UMKM, Pemberdayaan UMKM dan Startup), Pak Kardiman (Peluang Kerja di Mana-Mana), dan Tampan Sejati (Petani Mapan Se-Jawa Timur).
”Ada breakdown yang detil dari setiap program yang relevan dengan kebutuhan masyarakat terhadap penguatan usaha-usaha berbasis rakyat dan kelompok petani yang berujung pada penciptaan lapangan kerja dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Menurut dia, pilihan Gus Ipul dan Puti untuk fokus ke UMKM dan sektor ekonomi kerakyatan lainnya cukup tepat mengingat sektor itu menyumbang lebih dari 50 persen terhadap struktur produk domestik regional bruto (PDRB) dan menyerap lebih dari 95 persen angkatan kerja.
Dalam program Superstar, Gus Ipul dan Puti menyiapkan program pusat inkubasi UMKM dan startup (bisnis rintisan), akses perbankan, dan industrialisasi pelaku kreatif lokal. ”Saya melihat keunggulannya ada pada target terukur, misalnya penciptaan 1.000 startup unggulan di Jatim. Ini yang tidak disampaikan di program Ibu Khofifah dan Pak Emil,” jelas doktor Ilmu Ekonomi tersebut.
Dengan program-program unggulan Gus Ipul dan Mbak Puti jelas dengan penciptaan lapangan kerja yang memadai, disini akan mengurangi kesenjangan yang ada pada masyarakat bawah. Dengan tetap memperhatikan Usaha besar UMKM menjadi penopang utama dalam mengurangi kesenjangan yang ada di Jawa TImur
Program penciptaan lapangan kerja dari Gus Ipul dan Puti, yaitu Pak Kardiman, yang sempat menjadi perdebatan lumayan panas di debat juga diapresiasi Rahma. Program itu dinilai visioner, dan yang lebih penting adalah turunan program yang mengutamakan ekonomi kerakyatan dan akan mampu menumbuhkan kewirausahaan kalangan muda.
”Gus Ipul dan Mbak Puti rupanya ingin mendesain pertumbuhan yang inklusif, makanya mereka melihat pentingnya investasi nonfasilitas yang rata-rata digerakkan usaha menengah di tingkat lokal daripada hanya mengandalkan investasi besar seperti penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN),” kata dia.
Menurut Rahma, pilihan itu tepat karena selama ini investasi secara nominal memang tampak besar namun penyerapan tenaga kerjanya tak optimal. Ada kecenderungan investasi skala besar mempunyai penyerapan tenaga kerja minim. Maka strategi Gus Ipul dan Mbak Puti mendorong investasi nonfasilitas yang dilakukan pelaku ekonomi menengah sangat tepat karena elastisitasnya terhadap penyerapan tenaga kerja cukup tinggi atau lebih padat karya.
Hal itu, kata Rahma menunjukkan Gus Ipul dan Mbak Puti unggul dibanding Khofifah-Emil dalam mendorong pergerakan ekonomi rakyat yang berdampak pada perluasan lapangan kerja dan pemerataan kesejahteraan. ”Gus Ipul dan Mbak Puti ingin ekonomi inklusif. Saya kira pembukaan lapangan pekerjaan baru hingga ratusan ribu per tahun tidak mustahil,” ujarnya. (fir)