Moskow – Pasukan gugus operasi militer Rusia dan polisi militer telah digeser dari Afrin, Suriah, lokasi Turki telah memulai operasi militernya melawan Kurdi.
Hal itu disampaikan Kantor Berita Interfax mengutip Kementerian Pertahanan Rusia, Sabtu.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, dan mitranya dari Turki, Mevlut Cavusoglu, membahas konflik di Suriah dan situasi kemanusiaan melalui telepon, menurut Kementerian Luar Negeri Rusia.
“Para menteri membahas persiapan untuk Kongres Dialog Nasional Suriah sebagai tonggak utama dalam perjalanan untuk mencapai penyelesaian dalam masalah politik Suriah,” kata kementerian itu.
Sementara itu Xinhua melaporkan, tentara Turki, Selasa malam (16/1), menambah personel militer di tengah kesiagaan tinggi di dekat perbatasan Suriah, saat Ankara bersiap menyerang satu wilayah Kurdi di Suriah Utara, kata stasiun televisi pan-Arab Al-Mayadeen.
Balabantuan pasukan Turki terus berdatangan di satu wilayah perbatasan Turki di dekat Wilayah Afrin, yang dikuasai Suku Kurdi di Provinsi Aleppo, Suriah Utara, kata laporan tersebut.
Al-Mayadeen menambahkan siaga keamanan tinggi dikeluarkan di wilayah perbatasan Turki di dekat Ayn Al-Arab, atau Kobane –yang dikuasai Suku Kurdi, di bagian lain pinggir utara Aleppo.
Ketegangan militer itu terjadi beberapa jam setelah Presiden Turki, Recep Erdogan, mengatakan, kampanye militer terhadap pasukan Kurdi di Afrin akan didukung gerilyawan Suriah yang didukung Turki.