Gelontoran DBHCHT Rp8,2 M dari Pemkot Kediri Ringankan Beban Warga: Antrean Buruh Rokok dan Air Mata Seorang Ibu

Gelontoran DBHCHT Rp8,2 M dari Pemkot Kediri Ringankan Beban Warga: Antrean Buruh Rokok dan Air Mata Seorang Ibu
Kepala Dinas Sosial Kota Kediri, Imam Muttakin, sedang memantau proses buruh pabrik rokok Kota Kediri mengantre dalam penyaluran BLT DBHCHT yang dibuka secara simbolis oleh Pemerintah Kota Kediri.(Foto: Moch Abi Madyan)

Sebelumnya, Wimi bahkan sudah mendatangi Kantor Kelurahan untuk memohon dimasukkan dalam daftar penerima.

“Saya mohon didaftarkan karena masih banyak tunggakan untuk anak-anak sekolah,” kenangnya.

Ia menutup kisahnya perlahan, seolah melepaskan beban yang lama dipikul sebagai sosok ibu rumah tangga.

Seorang ibu penerima BLT DBHCHT Pemkot Kediri bernama Wimi Nurul Laili sedang diwawancarai usai menerima bantuan sosial.
Wimi Nurul Laili, warga Balowerti, menangis haru usai menerima BLT DBHCHT dari Pemkot Kediri yang digunakan untuk membayar kebutuhan pendidikan anaknya.(Foto: Moch Abi Madyan)

“Matur nuwun sanget, Bu Wali, matur nuwun sanget sedanten nggih, ya Allah.”

Buruh Rokok Membawa Harapan dalam Map Tipis

Di lokasi yang sama , buruh pabrik rokok berdiri berdesakan menunggu giliran. Beberapa terlihat lelah seusai shift malam, tetapi mata mereka berbinar saat nama dipanggil. Bantuan itu menjadi ruang bernapas di tengah tekanan biaya hidup.

Salah satunya Sindi, warga Ngadirejo, bekerja dua tahun sebagai buruh rokok. Ia menerima Rp1 juta tanpa banyak kata.

“Ya, Alhamdulillah senang, akan saya gunakan untuk menabung” ujarnya singkat sambil tersenyum kecil.

Informasi pembagian BLT ia terima dari pabrik. Jalur komunikasi utama bagi ribuan buruh yang jarang sempat mengurus administrasi sendiri karena ritme kerja harian.

Ruang Bernapas di Tengah Tahun yang Berat

Penyaluran BLT dan bantuan sosial akhir tahun ini menjadi penopang penting bagi warga yang hidup dalam tekanan ekonomi. Bagi Wimi, uang itu menyelamatkan masa depan pendidikan anaknya. Bagi buruh seperti Sindi, dana itu menjadi cadangan untuk kebutuhan rumah tangga.

Di luar angka dan tabel penerima, bantuan ini menyentuh rumah-rumah kecil yang selama ini bertahan dengan daya yang kian menipis. Antrean panjang para buruh, map usang yang dibawa warga lanjut usia, hingga ucapan syukur lirih para orang tua, menjadi potret bahwa bantuan ini datang tepat ketika mereka membutuhkannya.

Di penghujung 2025, bantuan itu memberi ruang bernapas, meski sebentar, dan harapan bahwa mereka masih mampu melangkah menghadapi tahun berikutnya. (*)

Penulis: Moch Abi Madyan