Kemudian, menurut Tarkani, waktu naik angkot dari Pasar Senin ke Pasar Minggu, harus membayar 7 kali lipat dari ongkos yang waktu itu Rp 500,-.
“Saya tanya kernetnya, kok bayar Rp 3.500,-, katanya dari Pasar Senin ke Psaar Minggu, harus lewat Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, dan Sabtu, ya semua kan harus membayar,” ujarnya disambut gelak tawa.
Karyawan Al Hijaz semakin tertawa ngakak serta pengalaman ketiga, waktu naik bus kota, kondektur bilang “Sudirman … Sudirman…”, ada yang turun 5 orang, setelah saya tanya ternyata tidak ada yang namanya, Sudirman.
Tarkani menegakan, bahwa di Hijaz Tektile Industry, bukan hanya sebagai karyawan, tetapi mitra karena aspirasi teman-teman dan saya menjadi kenyataan, “Bukan minta, tetapi ke depan, saya yakin semua karyawan Hijaz keluar dari rumah berdoa supaya pekerjaan lancar dan keselamatan sejak berangkat hingga pulang,” katanya.
Lebih menyenangkan lagi, lanjut Tarkani, semua karyawan punya tanggung jawab, sehingga tidak pernah terjadi apa apa, dan gejolak apa apa. Mudah mudahan seterusnya begitu. (Jt)