SURABAYA (Wartatransparansi.com) – Memperingati Hari Lingkungan Hidup (HLH) Sedunia 2024, Rabu (13/6/2024), Pemkot Surabaya mengajak dan mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan tindakan dalam melestarikan lingkungan hidup
Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya, Achmad Eka Mardjianto mengatakan, dalam mendukung dan menjaga kelestarian lingkungan hidup, pemkot tidak bisa bekerja sendirian. Butuh partisipasi seluruh warga Surabaya dalam menjaga kelestarian lingkungan.
“Kami juga mengajak dan melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah, baik TK maupun SD, dan SMP. Mereka kita berikan pembelajaran mengenai lingkungan, dan membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya,” katanya.
Dalam upaya menyadarkan masyarakat akan pentingnya mendukung dan menjaga kelestarian lingkungan hidup, selain adanya Kader Surabaya Hebat (KSH), DLH Surabaya juga menyiapkan Tim Yustisi. Tim ini dibentuk untuk melakukan berbagai kegiatan terkait sosialisasi dan upaya penegakan sanksi terhadap pembuang sampah liar.
“Alhamdulillah kesadaran masyarakat warga Surabaya akan pentingnya lingkungan itu cukup tinggi. Dari data DLH selama ini, 80 persen yang tertangkap melakukan pembuangan sampah liar bukan warga Surabaya, karena kan KTP-nya kita tahan,” ungkapnya.
Eka menjelaskan, dalam menjaga kualitas dan melestarikan lingkungan hidup di Surabaya, pemkot juga telah melakukan berbagai hal lain. Di antaranya, menyediakan 192 tempat pembuangan sampah (TPS) dan satu tempat pembuangan akhir (TPA) di Benowo.
Sampah-sampah tersebut, tidak dibuang begitu saja, akan tetapi dikelola di instalasi Pengolah Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL). Sampah yang dikelola menjadi energi listrik tersebut, saat ini menghasilkan listrik sebanyak 11 Megawatt.
“Secara rinci, ada 2 Megawatt yang digunakan sebagai operasional TPA, sedangkan yang 9 Megawatt dijual kepada PLN. Itu yang sudah kita lakukan untuk mengurangi tumpukan sampah dan memperpanjang usia TPA,” jelas Eka.
Dalam menjaga kualitas dan kelestarian lingkungan hidup, pemkot juga sudah membuat 914 ruang terbuka hijau (RTH) di seluruh Kota Surabaya. Ratusan taman itu, di antaranya ada taman aktif dan pasif. “Kita terus membangun RTH, untuk di Surabaya alhamdulillah hampir mencapai apa yang diamanatkan oleh Kementerian PUPR, yang diharapkan bisa mencapai sekitar 25-30 persen. Nah, sedangkan di Surabaya sudah mencapai 23 persen,” ujarnya.
Pemkot juga sudah menerapkan sistem pembangunan green building (bangunan hijau). Jadi, di setiap akan melakukan pembangunan gedung di Surabaya juga harus memikirkan konsep green building. “Jadi tidak melulu memikirkan batu dan semen saja, sehingga ada konsep green building-nya,” sebutnya.
Selain itu, pemkot telah menerapkan penggunaan solar cell di setiap traffic light dan perkantoran di Kota Pahlawan dalam mendukung kualitas dan kelestarian lingkungan hidup. Karena itu, Eka berharap, peran serta masyarakat terus dilakukan agar kualitas dan kelestarian lingkungan hidup di Surabaya tetap terjaga. (*)