“Asesmen lapangan ini menjadi penentu. Tim asesor akan memberikan rekomendasi dan menilai kelayakan kita dalam menyelenggarakan pendidikan kedokteran yang berkualitas,” kata Prof. Nasih. Tim asesor terdiri dari Prof.Dr. dr. Haerani rasyid dan Prof. Dr. dr. Eti Nurwening Sholikhah.
“Kita terus berupaya. Semoga prodi yang sudah lama kita persiapkan bersama Pemkab ini bisa disetujui. Sehingga tahun 2024 kita sudah bisa membuka pendaftaran mahasiswa baru,” imbuh Prof. Nasih.
Dia menjelaskan, semua persiapan telah dilakukan secara matang sesuai dengan standar. Mulai dari kelengkapan sarana prasarana hingga tenaga dosen pengajar.
“Banyuwangi sangat siap. Peralatan dan tenaga dosen cukup. Dukungan pemkab sangat besar,” Jelas Prof. Nasih.
Menurut Nasih, pembukaan prodi kedokteran di Fikkia Banyuwangi ini dapat membantu mengatasi kekurangan tenaga dokter di daerah. Menurutnya, ini juga menjadi langkah untuk mengatasi sebaran tenaga dokter yang kurang merata di Indonesia.
“Ini bakal yang pertama di Indonesia, sebuah universitas ada dua prodi kedokteran. Kami pastikan prodi Kedokteran di sini berada dalam binaan penuh FKU Unair Surabaya. Sehingga kualitas penyelenggaraan dan pengajarannya terjamin,” tegasnya.
Ditambahkannya, untuk penyelenggaraan di Banyuwangi akan difokuskan pada aspek Travel Medicine. Kalau di FKU Unair Surabaya kita fokus pada tropical disease, tapi di Banyuwangi kita akan fokus pada Travel Medicine.
“Karena Banyuwangi ini kan juga tujuan destinasi wisata nasional, jadi rencana kami akan fokus masalah kesehatan terkait mobilitas wisatawan,” pungkasnya. (*)





