Dijelaskan, pada tahun 2021 kasus stunting di Kota Surabaya menurun 28,9 persen (6.772 balita), kemudian di tahun 2022 turun menjadi 4,8 persen (923 balita) sehingga menjadi kota yang terendah kasus stuntingnya di Indonesia. Hingga akhirnya per 30 Juni 2023 angka stunting di Kota Surabaya tersisa 651 balita.
“Sama dengan angka kematian ibu dan anak di Kota Surabaya, dalam hal pencegahan kita terbaik kedua di Jawa Timur. Padahal sebelumnya kita yang tertinggi (angka kematian ibu dan anak), ini karena apa? Sinergi dengan semua stakeholder yang ada khususnya FK UNAIR,” terangnya.
Di samping itu, Dekan FK UNAIR Prof Budi Santoso menyampaikan, beberapa program kerjasama antara FK UNAIR dengan Pemkot Surabaya sudah ada yang berjalan. Diantaranya adalah penanganan angka kematian ibu (AKI) yang sudah dijalankan di 6 Puskesmas, diantaranya Puskesmas Ngagel, Pucang, Mulyorejo, Tenggilis Mejoyo, dan sebagainya. Rencananya, program penanganan AKI di Kota Surabaya akan lebih diperluas lagi.
Budi mengatakan, dari FK UNAIR ada 315 mahasiswa yang dilibatkan dalam pencegahan AKI. Agar maksimal, ke depannya FK UNAIR juga akan ada kolaborasi dan menggelar pelatihan untuk para mahasiswa kedokteran dari berbagai universitas di Kota Surabaya.
“Sebenarnya sudah digerakkan oleh Pak Wali setahun atau dua tahun lalu, melibatkan fakultas-fakultas kedokteran, namun berjalan sendiri-sendiri. Mungkin kita akan melakukan suatu pelatihan untuk mahasiswa fakultas kedokteran UNAIR, UBAYA, UNUSA, UMS, dan sebagainya, sehingga materi yang dibawakan oleh mahasiswa saat pendampingan itu sama,” katanya.
Konsepnya pendampingannya, yaitu para mahasiswa kedokteran itu akan mendampingi ibu hamil hingga proses melahirkan. Tujuannya, agar kondisi kesehatan ibu dan anak dapat terkontrol dan terekam, sehingga ketika proses melahirkan berjalan dengan baik.
Budi menambahkan, pendampingan dan turun langsung ke lapangan ini juga akan dimasukkan ke dalam kurikulum FK UNAIR.
“Ini akan ada di semester 2, sebagai penunjang ya, tugas yang harus dilakukan. Mereka nanti nggak akan mendapatkan kenaikan kalau tidak menyelesaikan tugasnya. Jadi, mereka juga diajari agar peduli terhadap masalah sosial di masyarakat,” tukasnya. (*)