Rabu, 9 Oktober 2024
29 C
Surabaya
More
    Renungan PagiROMADLON DAN MINYAK GORENG 

    Diasuh Univ. Darul Ulum Jombang (2)

    ROMADLON DAN MINYAK GORENG 

    Oleh Khoiruddin  – Dosen di Fakultas Ekonomi Prodi Ilmu Ekonomi Pembangunan Universitas Darul ‘Ulum Jombang

    Bulan romadlon adalah bulan yang istimewabagi umat islam. Karena saking  istemewanya disunahkan untuk ikut serta “berevoria gembira”,

    “Barang siapa yang bergembira akan hadirnya bulan Ramadhan, maka jasadnya  tidak akan tersentuh sedikit pun oleh api neraka.” (HR. an-Nasa’i). 

    Ibnu Rajab Al-Hambali berkata: 

    “Sebagian salaf berkata, „Dahulu mereka (para salaf) berdoa kepada Allah selama  enam bulan agar mereka dipertemukan lagi dengan Ramadhan. Kemudian mereka juga  berdoa selama enam bulan agar Allah menerima (amal-amal shalih di Ramadhan yang lalu)  mereka.“ 

    Saking istimewanya pula, rasa „evoria gembira” terhadap romadlon ini, mendekati  “wajib”, karena rasa evoria gembira berkorelasi terhadap keimanan seorang muslim. Banyak  ulama salaful sholihin berkata: Hendaknya seorang muslim khawatir akan dirinya jika tidak  ada perasaan gembira akan datangnya Ramadhan.

    Ia merasa biasa-biasa saja dan tidak ada  yang istimewa. Bisa jadi ia terluput dari kebaikan yang banyak dan tergologn seorang yang  “munafiq”. Karena ini adalah karunia dari Allah dan seorang muslim harus bergembira. Kegembiraan tersebut adalah karena banyaknya kemuliaan, berkah, dan keutamaan pada  bulan Ramadhan. Beribadah semakin nikmat dan lezatnya bermunajat kepada Allah. 

    Dalam ibadah romadlon, ibadah intinya adalah “puasa”. Secara umum, puasa  merupakan salah satu kegiatan yang dinilai sebagai kegiatan sukarela yang dilaksanakan pada  waktu yang ditentukan (imsak sampai maghrib) dengan cara menahan diri dari makanan,  minuman, hubungan badan suami istri, perilaku buruk, dan semua hal yang memiliki potensi  untuk membatalkan puasa. 

    Dalama puasa ada waktunya berbuka puasa yaitu pada waktu maghrib. Waktu  berbuka puasa ini selalu menjadi yang ditunggu-tunggu oleh setiap umat muslim yang telah  berpuasa selama seharian karena ada keberkahan keutamaan didalamnya:  

    1. Membaca Doa Buka Puasa 

    Keutamaan buka puasa yang pertama adalah membaca doa. Disunnahkan bagi  umat muslim untuk membaca doa berbuka puasa. Allah SWT akan mengabulkan setiap  doa orang yang berpuasa dengan syarat tetap.

    Rasulullah SAW bersabda, “Tiga orang  yang doa mereka tidak terhalang, yaitu imam (pemimpin) yang adil, orang yang berpuasa  hingga ia berbuka, dan doa orang yang dizalimi. Doa mereka dibawa ke atas awan dan  dibukakan pintu langit untuknya, lalu Allah Azza Wa Jalla berfirman: „Demi izzah-Ku,  Aku akan menolongmu meski setelah beberapa waktu.” (HR Ahmad). 

    1. Dicintai oleh Allah SWT 

    Seorang muslim yang menyegerakan berbuka puasa akan menjadi hamba yang  dicintai oleh Allah SWT. Hal ini sebagaimana tercantum dalam hadist yang diriwayatkan  oleh Abu Hurairah RA. 

    Dari Abu Hurairah, dari Nabi Saw. yang bersabda: Allah SWT berfirman,  “Sesungguhnya orang yang paling Aku cintai di antara hamba-hamba-Ku ialah orang yang  paling segera berbuka”. (HR. Abu Hurairah 

    1. Sunnah Nabi Muhammad SAW 

    Keutamaan buka puasa yang selanjutnya adalah mengikuti sunnah Nabi  Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW ketika berbuka puasa selalu memakan kurma  muda sebelum melaksanakan sholat dan meminum air. 

    Kurma merupakan buah yang manis. Dalam perkembangannya afialiasi “kurma” menjadi semua yang “berasa manis”. Karena makanan manis memang disarankan untuk  berbuka karena dapat membantu mengembalikan energi dengan cepat. Makanan manis  identik menjadi takjil berbuka. Selain kurma, minuman berbuka lainnya seperti es buah,  sirup, es cendol, dan banyak lagi 

    Hadis yang mendekati anjuran makan makanan manis untuk berbuka adalah hadis  Rasulullah yang berbunyi: 

    Dari Anas bin Malik radhiyallahu „anhu, beliau berkata, “Rasulullah Shallallahu  „alaihi wa sallam berbuka dengan kurma basah (ruthab), jika tidak ada ruthab maka berbuka  dengan kurma kering (tamr), jika tidak ada tamr maka minum dengan satu tegukan air.” (HR.  Ahmad, Abu Dawud) 

    Akan tetapi tak kalah pentingnya adalah berbuka dengan makanan pokok. Makanan  pokok puasa bisa berupa nasi, sayur mayur, ikan, daging dan lain sebagainya. Dalam 

    pengolahan makanan sebagaiannya adalah di goreng; ikan goreng, tahu, tempe goreng,  daging goreng, krupuk, peyek, “menggongso” bumbu sambel, yang kesemuanya memerlukan  “minyak”. 

    Permasalahan kelangkaan “minyak goreng” pada saat bulan romadlon saat ini menjadi  fenomena tersendiri. Para ibu berburu minyak di supermarket, grosir, toko-toko dan di toko  online, ada yang kecewa karena harga tinggi ada yang tertipu karena harga murah. Mereke  berburu karena “kebutuhan” untuk menggoreng. Bukan tidak adanya solusi “bahan makanan” tidak bisa olah selain di goreng.

    Karena rata-rata dari kita mengkonsumsi “gorengan” dalam  setiap harinya adalah 1/3 dari makanan yang kita makan. Ini karena kita adalah negara “”raja  mniyak goreng” dan ini sudah mendarah daging. 

    Di bulan romadlon ini juga kita butuh yang namanya “cemilan”. Sebagi asupan  “kebosanan” terhadap makanan pokok. Cemilan tersebut rata-rata di “goreng”; temep, tahu,  tempe embos, ote-ote, pisang goreng, krupuk, kacang goreng, dll. 

    Kelangkaan minyak goreng juga sangat berakibat fatal bagi para “pesodaqoh  romadlon”. Mereka akan pusing untuk memutar otak agar lauk pauk dalam ta‟jil tidak terjadi  kebosanan. Apalagi pedagang “musiman” romadlon, barang dagangan mereka harus bervariai  tidak melulu di godok, di kukus atau disangrai tanpa minyak. Dagangan akan membosankan  dan monoton. 

    Lalu bagaimana cara mengatasi mensinergikan antara romadlon dan kebutuhan  minyak goreng?. Dalam hal ini sistem ekonomi yang harus menjawab.  

    Masalah ekonomi yang kini dihadapi oleh masyarakat disebut sebagai fenomena  kelangkaan dalam sistem ekonomi konvensional. Menurut Sukirno (2015) kelangkaan atau  kekurangan berlaku sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara kebutuhan masyarakat  dengan faktor-faktor yang tersedia dalam masyarakat.

    Pendapat itu tidak sejalan dengan  pandangan beberapa ekonom muslim kontemporer. Salah satunya yaitu Baqir As-Sadr,  seorang ekonom muslim dari Irak. Beliau berpendapat bahwa sumber daya pada hakikatnya  melimpah dan tidak terbatas. Pendapat ini didasari oleh dalil yang menyatakan bahwa alam  semesta ini diciptakan oleh Allah dengan segala ukuran yang setepat-tepatnya.

    Segala  sesuatunya telah diukur secara sempurna. Allah juga telah memberikan sumber daya yang  cukup bagi seluruh manusia. Baqir As-sadr juga menolak pendapat yang menyatakan bahwa  keinginan manusia tidak terbatas. Beliau berpandangan bahwa manusia akan berhenti 

    mengonsumsi suatu barang dan jasa jika tingkat kepuasan terhadap barang dan jasa menurun  atau nol. 

    Salah satu solusi yang dapat ditempuh ditengah masalah ini yaitu Pertama;  menjalankan politik distribusi perdagangan dengan melakukan pengawasan terhadap rantai  niaga penawaran (supply chain) sehingga tercipta harga keutuhan atau harga barang secara  wajar dengan pengawasan.

    Kedua : Menjadikan budaya “tidak selalu” menggoreng pada  makanan yang disajikan, dengan menyajikan berupa kukusan, godok, sangrai dan atau  fermentasi. Ketiga; menjadikan masyarakat sebagai pihak yang tidak “tergantung” pada  minyak sawit dengan berkreasi membuat “minyak” sendiri dengan bahan-bahan alami seperti  kelapa, “gajih” daging hewan (ayam, sapi, kerbau, ikan). 

    Dengan ketiga solusi yang saya tawarkan dapat bersinergi dengan “puasa” romadlon yang intinya menahan dari segala hawa nafsu memakan yang di goreng, atau hawa nafsu  berebut minyak goreng atau bahkan menimbun minyak goreng.

    Karena minyak goreng pada  bulan ini adalah sesuatu yang seharunya tidak menjadi rebutan. Tapi berebutlah dan  berlombalah dalam rahmatnya, karena awal bulan ramadan adalah rahmat, pertengahannya  maghfirah, dan akhirnya ‘itqun minan nar (pembebasan dari api neraka) (*)

    Penulis : Khoiruddin

    Sumber : WartaTransparansi.com

    COPYRIGHT © 2022 WartaTransparansi.com

    Berita Terkait

    Jangan Lewatkan