SURABAYA (WartaTransparansi.com) – Perjuangan para tenaga kesehatan (nakes) di Kota Surabaya dalam melayani pasien Covid-19 patut diacungi jempol. Kerja kerasnya dalam menjaga serta merawat masyarakat yang terpapar tak pernah henti dilakukan. Bahkan, sebagai garda terdepan, mereka rela mengorbankan nyawa menjadi taruhannya.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, dimulai sejak awal pandemi hingga saat ini, ratusan nakes sudah terpapar Covid-19 (X19). Sebagian dari mereka sembuh, namun tak sedikit pula yang berpulang. Semua itu, dilakukan para nakes tidak ada lain selain mengutamakan keselamatan masyarakat.
Seperti yang dialami Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan dan Penunjang Medik RSUD dr Mohamad Sowandhie, Arif Setiawan.
Ia menceritakan, perjuangannya dalam menangani pandemi C19. Bahkan melihat keterbatasan jumlah nakes, dia pun sampai rela mengorbankan jatah liburnya demi memberikan penanganan terbaik kepada para pasien.
“Kita tidak kenal lelah, tidak libur pula. Karena selain jumlah yang terbatas, rekan-rekan kami juga harus isoman karena terpapar. Makanya, kami yang sehat ini terus berjuang,” kata Arif, dikutip Sabtu (17/7/2021).
Arif menceritakan, awalnya saat bertugas di RSUD dr Mohamad Sowandhie, jumlah bed yang disediakan untuk pasien C19 berjumlah 90 tempat tidur. Namun seiring pertambahan kasus akhirnya RSUD tersebut terus menambah bed hingga berkapasitas 161 orang.
“Kami pun merombak lobby menjadi ruangan. Bagaimana pun caranya kita terus berusaha supaya masyarakat yang sakit bisa tertampung. Kami ingin mereka sembuh,” ujar dia.
Selain itu, kini Arief yang bertugas ditempatkan di Rumah Sakit (RS) Lapangan Tembak mengaku cukup ekstra tenaga saat bertugas. Apalagi menurutnya, pasien yang berada di sana mengalami gejala ringan dan berat. Ia menyebut, ada pasien yang datang dengan kondisi saturasi sudah di bawah 80.
“Saya kalau mengawasi oksigen saat jaga malam tidak bisa tidur. Khawatir oksigen pasien habis. Tiap satu jam saya tengok satu per satu sampai subuh begitu seterusnya. Itu masih baru oksigen belum perawatan yang lainnya. Kita terus berupaya maksimal menyembuhkan pasien. Tetapi kembali lagi lonjakan begitu cepat,” urainya.
Hal yang sama juga dialami oleh Kepala Puskesmas Ketabang Surabaya, Joyce Hestia Nugrahanti.
Bagi dia, tidak ada nakes yang tidak ingin pasiennya lekas sembuh. Ia menilai kesembuhan pasien adalah yang utama. Apalagi yang terjadi di Puskesmas Ketabang merupakan wilayah yang terdiri dari perkantoran dan permukiman.
“Kami merawat warga yang isoman, kami juga melakukan vaksinasi lalu 3T (tracing, testing dan treatment) tetap kami jalankan. Dan pelayanan umum pun juga tetap buka,” ungkap Joyce.
Dengan nakes berjumlah 41 orang, Joyce mengaku terkadang sedikit mengalami kesulitan dalam membagi kegiatan.
Misalnya, pada hari yang sama terdapat pelaksanaan kegiatan secara vaksinasi massal, swab massal dan penanganan pasien terpapar hingga tetap melakukan 3T. Apalagi, beberapa nakes yang juga harus melakukan isolasi mandiri akibat terpapar C19.
“Kita buat prioritas. Mana lokasi yang membutuhkan dokter, atau perawat atau bidan yang menjadi tim swaber. Misal skrining, biasanya bisa tim swaber bisa juga nakes yang lain. Kita harus mengatur sedemikian rupa supaya dokter kami yang hanya lima orang ini bisa menghandel semuanya,” ungkap dia.
Tidak berhenti sampai di situ, puskesmas yang kini buka 24 jam menjadi tantangan tersendiri bagi para nakes untuk lebih semangat.
Untuk itu, di kondisi saat ini tak lantas membuat Joyce dan jajarannya patah semangat begitu saja.
Menurutnya, pada kondisi saat ini lah jihadnya para nakes. Meskipun beban kerjanya dinilai semakin berat, dengan jumlah personal yang sedikit ia mengajak jajarannya untuk selalu semangat menjaga stamina.
“Saya sampaikan jihadnya nakes sekarang, gimana caranya dengan jadwal kerja yang banyak tetap sehat, vitamin. Istirahat berkualitas. Sehingga tetap sehat dan kuat. Kalau yang jaga malem besoknya kita upayakan untuk off atau libur,” urainya.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Rangkah Dwiastuti Setyorini mengaku jam istirahatnya memang berkurang karena lembur setiap hari. Tetapi satu hal yang menjadi pesannya kepada para nakes untuk tidak terlambat makan. Ini menjadi penting supaya imun para nakes tidak menurun sehingga maksimal dalam melayani warganya.
“Saya juga berpesan kepada nakes yang mayotritas adalah perempuan. Sampaikan kepada suaminya agar dapat mengerti keadaaan saat ini,” kata Ririn sapaan lekatnya.
Ririn memastikan, saat ini Kota Pahlawan sedang membutuhkan relawan di bidang tenaga kesehatan.
Dia juga menceritakan berbagai kendala, suka duka, hingga tantangan yang setiap hari dihadapinya. Tetapi dia meyakini, bahwa tidak ada kesulitan yang tidak ada jalan keluarnya. “Ini adalah saatnya kita itu diuji apakah kita ini benar-benar tenaga kesehatan atau tidak. Apalagi wilayah Tambaksari ini lumayan luar biasa tantangannya,” tukasnya. ***