Apakah Covid-19 Memuara ke Malhamah?

Apakah Covid-19 Memuara ke Malhamah?

Oleh Anwar Hudijono

Kehidupan global pada saat ini sebenarnya sedang dilanda dua perang yang berskala global. Pertama, perang siber. Kedua, perang melawan virus Covid-19. Kedua perang ini sering kali saling berkaitan.

Misalnya, maraknya hoax, propaganda, misinformasi sebagai variable perang siber yang mengkait persoalan Covid-19. Masuknya perang siber ini membuat perang Covid-19 menjadi kian membahana layaknya api disiram bensin.

Biar gak terlalu ruwet, bahasan kali ini saya batasi soal perang lawan Covid-19. Tidak ada satu pun negara di dunia yang tidak berperang melawan virus asal Wuhan, China ini. Kalau saja terlihat nyata, perang ini sangat mengerikan.

Betapa tidak, dalam waktu sekitar setahun, 114 juta orang di dunia terinfeksi Covid-19. Lebih 2,6 juta orang meninggal. Di Indonesia saja yang meninggal ada 36.325 orang. Total yang terinfeksi 1.341.314 orang. Yang sembuh 1.151.915 orang.

Di masa perang melawan Covid-19 ini juga terjadi sub-sub perang. Di antaranya, kubu pro teori konspirasi versus virus itu nyata. Di pro teori konspirasi pun terdapat pelbagai kubu yang saling bertabrakan.

Di kubu pro virus itu nyata juga terjadi perang antara mazhab ekonomi versus mazhab kesehatan. Keduanya juga sangat sulit kompromi. Mazhab ekonomi yang bersumber pada falsafah maferialisme selalu mendulukan bagaimana ekonomi tetap tumbuh dengan selamat.

Terkadang terkesan mengabaikan keselamatan rakyat. Bahkan dana keselamatan seperti Bantuan Sosial (Bansos) ditilep. Mereka ini ibarat doyan makan bangkai saudaranya.

Adapun mazhab kesehatan berpinsip, keselamatan rakyat adalah jiwa negara. Maka mencegah berbiaknya virus harus nomor satu. Mencegah terinfeksi apalagi sampai mati adalah nomor wahid.

Perang melawan Covid-19 di banyak belahan dunia saat ini pada babak vaksinasi. Apakah vaksinasi akan menjadi penentu kemenangan? Tidak ada yang berani menjamin. WHO menggunakan standar ganda.

Vaksinasi penting tapi tidak berani menjamin pandemi selesai. Vaksinasi itu hanya istilahnya ikhtiar dengan kalkulasi ilmiah. Petinggi WHO khawatir akan menjadi endemik.

Yang banter gembar-gembor vaksin manjur bin efektif itu baru sebatas kalangan produsen vaksin beserta sales promotion, infleenser, buzzer plus makelarnya. Juga orang yang nggludung semprong. Ikut-ikutan. Komunitas kemeruh. Gak perlu ada fakta untuk menebar kesimpulan. Di sini batas optimisme dan misi dagang menjadi bias.

Lebih ganas dan mematikan

Kita harus terima kasih kepada sains yang telah menemukan vaksin. Itu kata Bill Gates, orang tajir di dunia. Kendati demikian Gates memprediksi di masa depan akan nada virus yang lebih ganas, lebih cepat penyebarannya dan lebih mematikan dibanding Covid-19. Virus itu bisa jadi hasil mutasi dari Covid-19.

Akan ada bioterorisme. Penggunaan virus mematikan hasil rekayasa genetika yang dipergunakan untuk melakukan teror. Bisa dilakukan oleh negara, organisasi, maupun perseorangan. Ini tidak main-main.

Ada lagi yang tak kalah gawat bagi kehidupan global. Yaitu perubahan iklim yang akan menjadi ancaman terbesar yang dihadapi manusia modern. Peringatan itu disampaikan David Attenborough, pemerhati alam asal Inggris. Ia menyampaikan itu di sidang PBB, Selasa (23/2).

Para peminat teori konspirasi berpandangan, salah satu faktor yang memantik ancaman perubahan iklim ini adalah ulah manusia. Dilakukan secara by design, terencana untuk merusak ekologi, mengurangi populasi penduduk dunia, bisnis, kekuasaan.