Jumat, 29 Maret 2024
32 C
Surabaya
More
    OpiniCorona dan Djoko Tjandra

    Corona dan Djoko Tjandra

    Oleh : Djoko Tetuko (Pemimpin Redaksi Transparansi)

    Ketika kehidupan normal baru sedang mencari bentuk, supaya roda ekonomi tidak berhenti mati seperti hari-hari waktu Covid-19 mulai menjemput maut, dan semua aktifitas dibatasi. Sementara perlawanan terhadap penyebaran virus Corona yang masih mengancam, harus mampu dilawan dengan protokol kesehatan dan pembatasan bermoral.

    Tarik ulur peraturan perundangan sebagai payung hukum, masih berbeda-beda sesuai dengan kapasitas kemampuan masing-masing daerah membuat terobosan sekaligus indikator mengukur new normal paling cocok, setelah semua sektor runtuh diobrak abrik virus Corona.

    Ketakutan akan keajaiban virus Corona, mulai dari ancaman tiba-tiba menempel dan menginfeksi warga dengan gangguan pernapasan karena penyumbatan di tenggorokan dengan organ tubuh terkait. Hampir semua manusia sangat takut dan ingin selalu sehat serta bebas dari serangan Covid-19.

    Tetapi salah satu tekanan kehidupan dengan lebih banyak bersandar pada aktifitas kinerja harian, dengan berbagai profesi dan pekerjaan hampir 85 persen masyarakat Indonesia, maka pilihan tetap hidup normal adalah harapan semua pihak.

    Oleh karena itu, kehidupan normal baru di tengah pandemi virus Corona, semua sedang memeras otak mencari solusi terbaik bagaimana bisa selamat dan sehat, juga dapat melakukan aktifitas rutin setiap hari.

    Negara juga hadir dengan menganggarkan berbagai program berkaitan dengan gempuran virus Corona Rp 677,2 triliun, bahkan diperkirakan masih dapat bertambah sampai Rp 900 triliun, khusus dari APBN 2020. Sebuah anggaran fantastis.

    Baca juga :  Wahai Jiwa yang Tenang!

    Tetapi sayang, masyarakat selalu menanyakan apakah pengelolaan anggraan ratusan triliun itu “selamat dari korupsi”, pemerintah dalam hal ini Gugus Tugas Penanganam Covid-19 Nasional, Menteri Keuangan maupun lembaga dan kementerian lain terkait, belum menyampaikan laporan pertanggungjawaban secara transparan.

    Belum mendapat jawaban tentang transparansi keuangan negara dari APBN untuk Covid-19, baik proses perlawanan virus Corona maupun program terkait dengan ekonomi dan kebijakan lain terkait, terutama bantuan sosial. Negara kembali gonjang-ganjing, ketika “buron kelas kakap Djoko Tjandra” kabur lagi ke luar negeri secara legal. Sebab melalui proses pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) di Kelurahan Grogol Selatan, Jakarta Selatan, dan proses lain dengan modus sangat sistematik.

    Ketika Corona dengan berbagai isu; transparansi anggaran, kebijakan rapid test berbau politik, anggaran Covid-19 semakin liar, program prioritas kurang fokus, sehingga masyarakat bertanya-tanya apakah negara hadir? Pemerintahan dengan berbagai lembaga dengan biaya tidak sedikit, bekerja untuk rakyat atau justru “membohongi rakyat” dengan menyelewengkan anggaran bencana dan musibah untuk gaya kehidupan bermewah-mewah.

    Gonjang-ganjing gempuran Corona belum usai, kini negara dengan pemerintahan begitu modern dan hampir di semua sektor sudah berbasis digital, mengapa masih mampu kebobolan dengan meloloskan buronan kelas kakap seperti Djoko Tjandra dengan modus “pelemahan dan pelecehan semua kekuatan lembaga negara.

    Baca juga :  Wahai Jiwa yang Tenang!

    Betapa tidak? Buronan kelas kakap kasus pengalihan hak tagih (cessie) Bank Bali, Djoko Sugiarto Tjandra, dapat membuat e-KTP di kantor Kelurahan Grogol Selatan, Jakarta Selatan, dalam hitungan setengah jam pada 8 Juni 2020. Bahkan dengan berbekal e-KTP baru itu ia datang sendiri mengajukan Peninjauan Kembali (PK) putusan kasusnya ke Pengadilan Negeri Jakarta pada hari yang sama.

    Corona dan Djoko Tjandra memang tidak ada hubungan terkait, tetapi negara ketika semua warga berduka di seluruh nusantara terserang infeksi virus Corona, pemerintahan dan pelaksana Gugus Tugas Covid-19 belum mampu memberi menjawab memuaskan soal penggunaan anggaran, baik APBN maupun APBD. Sebuah pertanyaan besar? Benarkah negara hadir dan memberi perlindungan dan pengayoman bagi warga?

    Kini, ketika duka itu belum hikmah dan kepercayaan terjadap negara masih mengandung? Justru negara kembali membuka kran masalah baru, dimana buron kakap Djoko Tjandra, lolos lagi ke luar negeri. Semua proses itu seperti melecehkan kekuatan terkuat di negeri ini. Dimana tanpa sembunyi-sembunyi bisa pergi ke luar negeri. Sebuah pertanyaan besar? Benarkah negara dengan pemerintahan begitu hebat, sudah tidak punya kekuatan apa-apa lagi?

    Sekedar sebuah informasi hanya begini-begini, inilah data dan potret perkembangan virus Corona sebagai bukti masih tinggi, dan tetap waspada di mana saja. Apalagi denyut kehidupan masih banyak masalah, justru didalangi pejabat negara.

    Baca juga :  Wahai Jiwa yang Tenang!

    Data Kasus Corona per Provinsi (6/7/2020)

    1. Jatim
    Kasus positif: 14321
    Sembuh: 4996
    Wafat: 1053

    2. DKI Jakarta
    Kasus positif: 12667
    Sembuh: 8036
    Wafat: 649

    3. Sulsel
    Kasus positif: 5974
    Sembuh: 2197
    Wafat: 200

    4. Jateng
    Kasus positif: 4738
    Sembuh: 1567
    Wafat: 215

    5. Jabar
    Kasus positif: 3700
    Sembuh: 1718
    Wafat: 178

    6. Kalsel
    Kasus positif: 3628
    Sembuh: 957
    Wafat: 202

    7. Sumsel
    Kasus positif: 2326
    Sembuh: 1182
    Wafat: 106

    8. Papua
    Kasus positif: 2027
    Sembuh: 928
    Wafat: 18

    9. Bali
    Kasus positif: 1900
    Sembuh: 974
    Wafat: 23

    10. Sumut
    Kasus positif: 1798
    Sembuh: 485
    Wafat: 107

    11. Banten
    Kasus positif: 1525
    Sembuh: 949
    Wafat: 80

    12. NTB
    Kasus positif: 1362
    Sembuh: 881
    Wafat: 64

    13. Sulut
    Kasus positif: 1218
    Sembuh: 299
    Wafat: 90

    14. Kalteng
    Kasus positif: 1040
    Sembuh: 454
    Wafat: 61

    15. Maluku Utara
    Kasus positif: 953
    Sembuh: 123
    Wafat: 32

    16. Maluku
    Kasus positif: 804
    Sembuh: 381
    Wafat: 17

    17. Sumbar
    Kasus positif: 775
    Sembuh: 627
    Wafat: 31

    18. Kaltim
    Kasus positif: 597
    Sembuh: 436
    Wafat: 9

    19. Sultra
    Kasus positif: 484
    Sembuh: 274
    Wafat: 8

    20. DI Jogjakarta
    Kasus positif: 339
    Sembuh: 278
    Wafat: 8

    21. Kalbar
    Kasus positif: 339
    Sembuh: 300
    Wafat: 4

    22. Kep. Riau
    Kasus positif: 313
    Sembuh: 263
    Wafat: 16

    23. Gorontalo
    Kasus positif: 271
    Sembuh: 227
    Wafat: 13

    24. Papua Barat
    Kasus positif: 265
    Sembuh: 184
    Wafat: 4

    25. Riau
    Kasus positif: 235
    Sembuh: 212
    Wafat: 11

    26. Kaltara
    Kasus positif: 206
    Sembuh: 174
    Wafat: 2

    27. Lampung
    Kasus positif: 201
    Sembuh: 159
    Wafat: 12

    28. Sulteng
    Kasus positif: 191
    Sembuh: 163
    Wafat: 6

    29. Kep. Bangka Belitung
    Kasus positif: 169
    Sembuh: 136
    Wafat: 2

    30. Bengkulu
    Kasus positif: 141
    Sembuh: 95
    Wafat: 13

    31. Sulbar
    Kasus positif: 124
    Sembuh: 89
    Wafat: 2

    32. Jambi
    Kasus positif: 120
    Sembuh: 81
    Wafat: 1

    33. NTT
    Kasus positif: 118
    Sembuh: 54
    Wafat: 1

    34. Aceh
    Kasus positif: 87
    Sembuh: 40
    Wafat: 3

    Penulis : Djoko Tetuko

    Sumber : WartaTransparansi.com

    Berita Terkait

    Jangan Lewatkan